Pages

  • Home
  • SEMESTER 1
  • SEMESTER 4
  • SEMESTER 5

Michelle Janety's Online Portofolio

    • Home
    • SEMESTER 1
    • SEMESTER 4
    • SEMESTER 5

    Kali ini saya akan membahas bagaimana ingatan saya dapat mempengaruhi persepsi atau cara pandang saya terhadap sesuatu. Kalau menurut artikel yang saya baca dengan judul “Blurring The Boundary Between Perception and Memory” dari situs www.scientificamerican.com bahwa apa yang kita terkadang tidaknya benar atau hanya sekedar bayangan semata, namun proses kita manusia mengingat sesuatu sangat cepat, lebih cepat dari kedipan mata.

    Sekarang saya akan mebahas pengalaman saya sendiri dimana ingatan saya mempengaruhi persepsi atau cara pandang saya. Saya mempuyai persepsi atau ingatan tentang seorang publik figur Indonesia yang terkenal sebagai pembaca angka, awalnya saya melihat dia sebagai orang yang aneh dan hanya berbohong dalam acaranya serta mendengar dari omongan orang-orang yang beredar di sosial media. Tidak lama kemudian saya mulai menonton acara sang public figur tersebut, jangankan saya mengira itu berbohong namun justru saya melihat orang tersebut menjadi sosok penolong yang hebat dan mempunyai kemampuan yang menabjukkan.

    Ia memperlihatkan bakatnya untuk menolong orang walaupun terkadang sampai melukai dirinya sendiri, ia tidak menggunakan apa yang ia punya (kekuatannya) untuk menyakiti orang lain karena menurutnya semua mahluk berhak hidup berbahagia tanpa terkecuali. Setelah menonton acara tersebut, selain persepsi saya selain mengenai public figure tersebut, persepsi saya mengenai hal-hal yang berbau mistis jadi ikut berubah pula. Awalnya saya tidak percaya bahwa dizaman modern seperti sekarang masih ada orang-orang yang menggunakan hal mistis dalam melakukan sesuatu seperti melariskan dagangan, balas dendam, bahkan membuat seseorang menyukai dirinya. Saya kira itu hanyalah hal-hal yang terjadi dimasa lalu. Lalu saya juga sempat begitu takut dengan hal-hal mistis karena saat saya kecil, saya merupakan sosok anak yang peka dan dapat melihat hal-hal mistis dan mahluk-mahluknya, terutama saat saya berada dirumah, saya pernah melihat sosok yang menakutkan pada jam-jam maghrib. Mulai saat itu saya menjadi tidak suka dengan hal-hal mistis, namun setelah menonton acara tersebut, saya mengerti bahwa mereka tidak menampakkan dirinya kepada siapapun, namun anak kecil merupakan mahluk yang peka terhadap hal seperti itu karena menurut sang public figur, anak kecil masih polos dan suci, tanpa dosa. Namun karena ingatan masa kecil saya yang masih terbawa sampai sekarang, tidak jarang saya justru seram dan takut dalam mendengar cerita-cerita berbau horror sampai sebisa mungkin saya akan menghindari hal tersebut, atau mendengarnya seorang diri.

    Demikianlah bagaiman memori saya tentang seorang public figur dan hal berbau mistis mengubah persepsi saya.

    Continue Reading


    Kali ini saya akan membahas tentang pengaruh lingkungan terhadap pembelian sebuah barang yang saya punya dimana harga barang tersebut diatas dari Rp 5.000.000,00.

    Barang diatas harga Rp 5.000.000 yang saya punya salah satunya adalah laptop dengan merk HP dan versi Pavilion 14 Notebook PC yang dibeli pada tahun 2016 dengan harga Rp 10.000.000,00. Kala saat itu saya membeli laptop karena tuntutan sebagai siswa sekolah menengah keatas yang dimana meggunakan proses belajar-mengajar kurikulum campuran 2006&2013. Pada kurikulum tersebut siswa diharuskan untuk melakukan banyak presentasi tentang mata pelajaran yang ada. Saya yang masih duduk dibangku kelas 11 waktu itu belum mempunyai laptop, dan kala itu saya harus mengerjakan tugas kelompok yang tentunya perihal presentasi didepan kelas. Jadilah (orang tua) saya membeli(kan) saya laptop HP Pavilion 14 Notebook PC tersebut yang masih saya gunakan. Kala itu saya belum mengerti tentang laptop dan perangkat elektronik lainnya selain ponsel genggam. Jadi, saya hanya dipilihkan yang menurut spec atau bagian internal laptop yang dibilang ‘bagus’ dan tidak lambat, terlebih kala itu saya sudah mulai menyukai atau tertarik mempelajari dan menggunakan program-program Adobe seperti Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, dan Adobe After Effect. Dimana software tersebut membutuhkan bagian internal laptop yang cukup canggih untuk menahan berat aplikasinya, serta processor yang kuat agar aplikasi tidak lambat dan justru forced closed ketika digunakan.

    Selain itu saya memilih HP dikarenakan rekomendasi dan melihat laptop teman saya yang ber-merk HP juga namun berbeda tipe. Laptopnya mempunyai fitur layar sentuh sedangkan saya tidak, hal itu dikarenakan orang tua saya takut laptopnya cepat rusak karena saya bukan orang yang telaten (kala itu) dalam merawat suatu barang. Harga Rp 10.000.000,00 saat itu juga sudah termasuk mahal untuk sebuah laptop ukuran anak sekolahan, namun saya tidak menyesal memilih laptop ini karena sampai sekarang masih bertahan dan dapat digunakan dengan baik.
    Jadi faktor lingkungan yang mempengaruhi saya dalam membeli laptop ini adalah faktor kebutuhan dan faktor teman-teman dilingkungan sekolah.


    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    ABOUT ME

    Foto saya
    Michelle Janety
    Lihat profil lengkapku

    Category

    Color Theory Copy Writing DKV Review Design and Materials Drawing I Marketing Media

    Recent post

    • Desember (1)
    • Oktober (2)
    • September (1)
    • Mei (2)
    • Maret (5)
    • Februari (4)
    • Januari (4)
    • Desember (1)
    • November (13)

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top